Momentum peringatan Hari Guru Nasional tahun 2021 sebagai pengingat kepada seluruh guru di Indonesia agar dapat menjadi guru seutuhnya secara lahir dan batin. Guru memiliki tugas yang sangat mulia, mendidik anak-anak tunas harapan bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diharapkan bapak dan ibu guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri, sehingga dapat melahirkan generasi yang kokoh menuju Era Indonesia Emas 2045.
“Pada peringatan Hari Guru Nasional 2021, doa kami teriring kepada seluruh guru di Indonesia semoga senantiasa diberikan kekuatan lahir dan batin dalam melaksanakan tugas yang mulia ini, serta dapat menjadi ladang amal baik di akhirat kelak,” harap Kepala MINU Unggulan Sukorejo, Ustadzah Binti Fuadiyah, S.Pd.I.
Hari ini tepat tanggal 10 November, merupakan momentum untuk memperingati gugurnya para pahlawan, serta mendoakannya semoga tenang di sisi-Nya. Perjuangan yang harus dilanjutkan oleh generasi masa kini jauh lebih berat. Tantangan yang harus dihadapi sangat bervariasi, terlebih lagi di er digitalisasi seperi saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang serius untuk mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan di antaranya, yaitu membangkitkan jiwa nasionalisme pada generasi muda. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mengedepankan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan rasa nasionalisme pada peserta didik, yaitu:
Napak tilas sejarah yang mengasyikkan. Hal ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke situs-situs bersejarah.
Memperkenalkan keragaman budaya dan bahasa di Nusantara. Hal ini dengan Hal ini dapat dilakukan dengan study tour ke berbagai wilayah untuk mengenalkan peserta didik tentang khazanah kebudayaan di Indonesia.
Menambah produksi film dan musik kekinian bertema nasionalisme.
Mencintai produk dalam negeri.
Dengan demikian, diharapkan peserta didik memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, agar identitas bangsa Indonesia tidak tergeser dengan budaya Barat. Nilai moral yang terkandung dalam Pancasila harus senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan memiliki rasa toleransi, bersifat pemaaf, bergotong royong, sehingga persatuan dan kesatuan NKRI dapat terjaga seutuhnya.
Hari Santri Nasional jatuh pada 22 Oktober. Setiap tahun terdapat upacara dan berbagai rangkain acara untuk memperingati hari besar tersebut. Santri masa kini yang lebih akrab disapa santri milenial harus bisa meresapi dan memaknai peringatan tersebut, sebab tantangan zaman semakin berat. Mereka harus bisa membentengi diri agar terhindar dari kemadharatan. Santri milenial juga diharapkan mampu memfilter berbagai informasi yang didapatkan secara instan. Mereka boleh mengambil hal-hal baru yang mengandung nilai positif, seperti kaidahnya orang NU
المحافظة على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلاح
Inti dari kaidah di atas adalah sebuah generasi diharapkan mampu mempertahankan sesuatu hal yang telah ada sejak lama dan bersifat baik, serta mengambil suatu hal yang baru dan bersifat lebih baik . Jadi, santri milenial hendaknya tidak meninggalkan kitab-kitab salaf , fikih , tasawuf, dll.
Hal tersebut bertolak belakang dengan fakta yang ada. Santri milenial ini lebih terpengaruh oleh digitalisasi yang menyajikan berbagai hal dengan instan, sehingga dalil-dalil yang dikutip itu salah, bahkan hadis palsu. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan integrasi antara pembelajaran yang modern dengan kitab-kitab salaf.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh santri milenial untuk meningkatkan kualitas diri, yaitu:
Memahami hakikat sejarah peringatan hari santri.
Mengambil hikmah betapa hebatnya menjadi santri.
Bangga menjadi santri dengan kepribadian yang unggul.
Berusaha menjadi santri yang baik dimanapun berada.
Selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi tantangan zaman.
Peringatan Hari Santri Nasional 2021 kali ini sangat spesial dari tahun-tahun sebelumnya, sebab santri milenial MINU Unggulan Sukorejo berhasil menyabet gelar juara dalam berbagai kompetisi.
Di antaranya, yaitu Juara I Lomba Da’i Cilik (DACIL) tingkat Kabupaten Bojonegoro yang diselenggarakan oleh Kemenag Bojonegoro oleh kak Caca, Juara III Lomba Tahfidzul Quran tingkat Kabupaten Bojonegoro yang diselenggarakan oleh Kodim Bojonegoro oleh kak Sasha, Juara III Lomba Adzan tingkat Kabupaten Bojonegoro yang diselenggarakan oleh Remas Masjid Agung Darussalam Bojonegoro oleh kak Syafiq, dan Juara Harapan I Lomba Da’i Cilik (DACIL) tingkat Kabupaten Bojonegoro yang diselenggarakan oleh Remas Masjid Agung Darussalam Bojonegoro oleh kak Caca.
Maulid Nabi Muhammad SAW. tahun ini jatuh pada Selasa (19/10/2021) 12 Rabbiul Awwal 1443 H. Peringatan maulid Nabi SAW. tersebut menjadi momen penting untuk meningkatkan kualitas diri dan meneladani Sang Baginda Nabi, baik dari segi afaal (perilaku), aqwal (perkataan), serta ahwal akhlak dhohir maupun batin. Jika umat Islam ingin menjadi seorang pribadi yang militan, maka ia harus meneladani segala aspek kehidupan perilaku Nabi Muhammad SAW. Sebab beliau adalah ibarat al-Qur’an yang berjalan. Semua isi al-Qur’an telah diterjemahkan dan diimplementasikan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut sesuai dengan yang kutipan dalam kitab Diba’.
وکان خلوقہ القران
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh generasi milenial dalam meneladani akhlak Rasulullah SAW. di antaranya yaitu berkata jujur, bersikap disiplin, amanah, dan cerdas. Selain itu, satu hal yang sangat penting dan yang paling utama adalah saling menyayangi terhadap sesama, dan menghormati guru dan orang tua. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembiasaan bertutur kata dengan bahasa Jawa Krama, seperti yang telah diterapkan di lingkungan MI Nurul Ulum Sukorejo Bojonegoro. Bahasa Jawa Krama mengajarkan anak-anak untuk berperilaku sopan dan santun, baik kepada orang tua dan guru, maupun teman sejawat. Di samping itu, tentu yang paling utama dalam meneladani sikap Rasulullah SAW. adalah dengan memperbanyak amalan sunah-sunahnya, seperti amaliyah NU Ahusunnh Waljamaah an-Nahdliyah.
Ahad (19/9/2021) kemarin merupakan hari spesial bagi para pengabdi pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Hari tersebut adalah Peringatan Hari Lahir Maarif NU yang ke-92. Harlah Maarif NU di tahun 2021 ini mengusung tema “Berkhidmah melalui Pendidikan Maarif yang Inovatif dan Responsif di Era Digital“. Hal tersebut bertujuan untuk memompa ghiroh atau semangat para pendidik pada lembaga-lembaga Maarif NU yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara dalam berkreasi dan berkarya di era digital.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala MINU Unggulan Sukorejo Bojonegoro, Binti Fuadiyah, S.Pd.I., “Pada peringatan Harlah Ma’arif NU ke-92 ini lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan Ma’arif harus mampu mewujudkan berbagai inovasi, mampu bersaing di era digital, tetap manfaati dan tentu mbarokahi,” harapnya.
Kelebihan-kelebihan lembaga dibawah naungan Ma’arif tentu beda dengan lembaga lainnya. Salah satu yang mencolok adalah lembaga Ma’arif NU selalu melestarikan amalan-amalan Ahlussunnah wal Jama’ah dalam kurikulum pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memupuk peserta didik, khususnya di tingkat dasar untuk mencintai berbagai amaliyah NU.
“Guru-guru NU biasa memperingatinya dengan mengenakan seragam batik PERGUNU, sebagai identitas kita adalah guru Ma’arif NU,” pungkasnya.
Selamat Hari Lahir LP. Ma’arif NU Ke-92 (19 September 1929 – 19 September 2021)
Hari Sabtu (14/08/2021) merupakan peringatan Hari Lahir Pramuka ke-60. Hari Pramuka tahun ini mengusung tema “Berbakti Tanpa Henti”. Hal tersebut sesuai dengan tujuan gerakan Pramuka, yaitu sebagai organisasi pendidikan yang membina kaum muda dalam mewujudkan generasi yang berwatak, berkepribadian, dan berakhlak mulia.
Kepala MINU Unggulan Sukorejo Bojonegoro, Ustadzah Binti Fuadiyah, S.Pd.I. mengungkapkan bahwa jiwa patriot seorang pramuka harus senantiasa terpatri dalam diri seorang peserta didik. Dasa Dharma Pramuka harus dijadikan pedoman untuk berbakti pada negeri tanpa henti. Hal tersebut sesuai dengan lambang Pramuka “Tunas Kelapa”, yang bermanfaat bagi sesama manusia dimanapun ia berada.
“Semakin bertambah usia, maka hendaknya semakin nyata jiwa-jiwa seorang Praja Muda dalam mewujudkan makna dari Dasa Dharma,” ungkapnya. Selain itu, Ustadzah Diyah juga berpesan kepada generasi muda untuk selalu berbudi luhur dan berkarya untuk memajukan bangsa Indonesia tercinta.
Segenap keluarga besar MINU Unggulan Sukorejo Bojonegoro mengucapkan
Selamat Hari Pramuka Ke-60, “Berbakti Tanpa Henti”.